Penulis: Al-Ustadz Abul Abbas Muhammad Ihsan
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan proses
keluarnya ruh dari jasad dalam hadits Al-Bara’ bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu
yang panjang, yang diriwayatkan Abu Dawud, An-Nasa’i, Ibnu Majah, Al-Imam
Ahmad, dan Al-Hakim. Asy-Syaikh Muqbil rahimahullahu menyebutkan hadits ini
dalam Ash-Shahihul Musnad.
1. Keluarnya ruh seorang mukmin dan kabar gembira baginya.
إِنَّ الْعَبْدَ الْمُؤْمِنَ إِذَا كَانَ
فِي انْقِطَاعٍ مِنَ الدُّنْيَا وَإِقْبَالٍ مِنَ الْآخِرَةِ نَزَلَ إِلَيْهِ مَلَائِكَةٌ
مِنَ السَّمَاءِ بِيضُ الْوُجُوهِ كَأَنَّ وُجُوهَهُمْ الشَّمْسُ مَعَهُمْ كَفَنٌ مِنْ
أَكْفَانِ الْجَنَّةِ وَحَنُوطٌ مِنْ حَنُوطِ الْجَنَّةِ حَتَّى يَجْلِسُوا مِنْهُ
مَدَّ الْبَصَرِ ثُمَّ يَجِيءُ مَلَكُ الْمَوْتِ عَلَيْهِ السَّلَام حَتَّى يَجْلِسَ
عِنْدَ رَأْسِهِ فَيَقُولُ: أَيَّتُهَا النَّفْسُ الطَّيِّبَةُ اخْرُجِي إِلَى مَغْفِرَةٍ
مِنَ اللهِ وَرِضْوَانٍ. قَالَ: فَتَخْرُجُ تَسِيلُ كَمَا تَسِيلُ الْقَطْرَةُ مِنْ
فِي السِّقَاءِ فَيَأْخُذُهَا فَإِذَا أَخَذَهَا لَمْ يَدَعُوهَا فِي يَدِهِ طَرْفَةَ
عَيْنٍ حَتَّى يَأْخُذُوهَا فَيَجْعَلُوهَا فِي ذَلِكَ الْكَفَنِ وَفِي ذَلِكَ الْحَنُوطِ
وَيَخْرُجُ مِنْهَا كَأَطْيَبِ نَفْحَةِ مِسْكٍ وُجِدَتْ عَلَى وَجْهِ الْأَرْضِ
“Sesungguhnya seorang hamba yang mukmin apabila akan meninggal dunia, maka para malaikat rahmat turun kepadanya, wajahnya seakan-akan matahari yang bersinar, membawa kain kafan dan wangi-wangian dari jannah (surga). Mereka duduk di tempat sejauh mata memandang. Kemudian datanglah malakul maut hingga duduk di samping kepalanya, lalu berkata: ‘Wahai jiwa yang baik, keluarlah engkau menuju ampunan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan keridhaan-nya.’ Maka ruh tersebut keluar dari jasadnya seperti tetesan air yang mengalir dari bibir tempat air minum. Malakul maut pun mengambil ruh yang sudah keluar dari jasadnya itu. Tiba-tiba para malaikat rahmat yang menunggu tidak membiarkan ruh tersebut berada di tangannya sekejap mata pun. Mereka segera mengambil dan menaruhnya di dalam kafan dan wangi-wangian tersebut, dan keluarlah bau wangi misik yang paling harum yang dijumpai di muka bumi.”
Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus para malaikat-Nya untuk
memberi kabar gembira kepada hamba-hamba-Nya yang beriman dan istiqamah di atas
agama yang sempurna ketika menghadapi sakaratul maut. Ini adalah bukti kasih
sayang Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap hamba-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللهُ
ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا
تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ. نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ
فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ
وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ. نُزُلًا مِنْ غَفُورٍ رَحِيمٍ
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: ‘Rabb kami ialah
Allah’ kemudian mereka istiqamah, maka malaikat akan turun kepada mereka
(dengan mengatakan): ‘Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa
sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan
Allah kepadamu.’ Kamilah Pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di
akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh
(pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Dzat
Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Fushshilat: 30-32)
Ayat-ayat ini adalah berita dari Allah Subhanahu wa Ta’ala
sekaligus kabar gembira bagi orang-orang yang beriman dan bertakwa, bahwa para
malaikat akan turun kepada mereka ketika mereka menghadapi maut, juga di dalam
kubur mereka, serta ketika mereka dibangkitkan darinya. Para malaikat memberi
jaminan keamanan kepada mereka atas perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mereka
juga memberikan kabar gembira agar orang-orang beriman tidak takut terhadap apa
yang akan mereka hadapi di akhirat, tidak bersedih terhadap perkara dunia yang
mereka tinggalkan, seperti anak, keluarga, dan harta. Karena Allah Subhanahu wa
Ta’ala yang akan mengurus dan menanggung mereka semua. Para malaikat juga memberikan
kabar gembira kepada orang-orang beriman dengan hilangnya berbagai kejelekan
dan didapatkannya berbagai kebaikan. (Tafsir Ibnu Katsir)
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ أَحَبَّ لِقَاءَ اللهِ أَحَبَّ اللهُ
لِقَاءَهُ وَمَنْ كَرِهَ لِقَاءَ اللهِ كَرِهَ اللهُ لِقَاءَهُ. فَقُلْتُ: ياَ نَبِيَّ
اللهِ، أَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ؟ فَكُلُّنَا نَكْرَهُ الْمَوْتَ. فَقَالَ: لَيْسَ كَذَلِكِ،
وَلَكِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا بُشِّرَ بِرَحْمَةِ اللهِ وَرِضْوَانِهِ وَجَنَّتِهِ أَحَبَّ
لِقَاءَ اللهِ فَأَحَبَّ اللهُ لِقَاءَهُ، وَإِنَّ الْكَافِرَ إِذَا بُشِّرَ بِعَذَابِ
اللهِ وَسَخَطِهِ كَرِهَ لِقَاءَ اللهِ وَكَرِهَ اللهُ لِقَاءَهُ
“Barangsiapa senang bertemu dengan Allah, maka Allah senang
bertemu dengannya. Dan barangsiapa tidak suka bertemu dengan Allah maka Allah
juga tidak suka bertemu dengannya.” Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: “Wahai
Nabi Allah, benci terhadap kematian? Kita semua membenci kematian.” Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Bukan seperti itu. Seorang mukmin
apabila diberi kabar gembira dengan rahmat, keridhaan, dan surga-Nya, maka dia
akan senang bertemu dengan Allah, sehingga Allah pun senang bertemu dengannya.
Sedangkan orang kafir apabila diberi kabar gembira dengan azab Allah dan
kemurkaan-Nya maka dia akan benci bertemu dengan Allah dan Allah pun benci
bertemu dengannya.” (Muttafaqun ‘alaih)
2. Keluarnya ruh seorang kafir dan azab terhadapnya
وَإِنَّ الْعَبْدَ الْكَافِرَ إِذَا كَانَ
فِي انْقِطَاعٍ مِنَ الدُّنْيَا وَإِقْبَالٍ مِنَ الْآخِرَةِ نَزَلَ إِلَيْهِ مِنَ
السَّمَاءِ مَلَائِكَةٌ سُودُ الْوُجُوهِ مَعَهُمُ الْمُسُوحُ فَيَجْلِسُونَ مِنْهُ
مَدَّ الْبَصَرِ ثُمَّ يَجِيءُ مَلَكُ الْمَوْتِ حَتَّى يَجْلِسَ عِنْدَ رَأْسِهِ فَيَقُولُ:
أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْخَبِيثَةُ اخْرُجِي إِلَى سَخَطٍ مِنَ اللهِ وَغَضَبٍ. قَالَ:
فَتُفَرَّقُ فِي جَسَدِهِ فَيَنْتَزِعُهَا كَمَا يُنْتَزَعُ السَّفُّودُ مِنَ الصُّوفِ
الْمَبْلُولِ فَيَأْخُذُهَا فَإِذَا أَخَذَهَا لَمْ يَدَعُوهَا فِي يَدِهِ طَرْفَةَ
عَيْنٍ حَتَّى يَجْعَلُوهَا فِي تِلْكَ الْمُسُوحِ وَيَخْرُجُ مِنْهَا كَأَنْتَنِ رِيحِ
جِيفَةٍ وُجِدَتْ عَلَى وَجْهِ الْأَرْضِ
“Apabila seorang hamba yang kafir akan meninggal dunia,
turunlah malaikat azab dari langit. Wajah-wajahnya hitam dan seram. Mereka
membawa kain yang kasar dan jelek. Mereka duduk di tempat sejauh mata
memandang. Lalu datanglah malakul maut hingga dia duduk di samping kepalanya.
Kemudian dia berkata: ‘Wahai jiwa yang jelek, keluarlah menuju kemurkaan Allah
Subhanahu wa Ta’ala dan kemarahan-Nya.’ Maka ruh tersebut bergetar di seluruh
tubuhnya, kemudian malakul maut mencabutnya sebagaimana dicabutnya besi alat
pemanggang dari bulu-bulu yang basah. Dia kemudian mengambil ruh tersebut. Para
malaikat yang menunggu tadi tidak membiarkannya di tangannya sekejap mata pun,
sampai mereka mengambil dan meletakkannya di kain yang kasar lagi jelek tadi.
Keluarlah darinya bau seperti bau bangkai yang paling busuk yang ditemukan di
muka bumi.”
Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus para malaikat-Nya untuk
memberi kabar gembira berupa kemurkaan dan azab-Nya, sehingga ruh-ruh mereka
enggan untuk keluar dari jasadnya. Maka para malaikat pun memukul wajah dan
punggungnya, sampai ruhnya keluar dari jasadnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman:
وَلَوْ تَرَى إِذِ الظَّالِمُونَ فِي غَمَرَاتِ
الْمَوْتِ وَالْمَلَائِكَةُ بَاسِطُو أَيْدِيهِمْ أَخْرِجُوا أَنْفُسَكُمُ الْيَوْمَ
تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ بِمَا كُنْتُمْ تَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ غَيْرَ الْحَقِّ
وَكُنْتُمْ عَنْ ءَايَاتِهِ تَسْتَكْبِرُونَ
“Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu
orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang
para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): ‘Keluarkanlah
nyawamu.’ Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan,
karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan
(karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya.” (Al-An’am: 93)
وَلَوْ تَرَى إِذْ يَتَوَفَّى الَّذِينَ
كَفَرُوا الْمَلَائِكَةُ يَضْرِبُونَ وُجُوهَهُمْ وَأَدْبَارَهُمْ وَذُوقُوا عَذَابَ
الْحَرِيقِ. ذَلِكَ بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيكُمْ وَأَنَّ اللَّهَ لَيْسَ بِظَلَّامٍ
لِلْعَبِيدِ
“Kalau kamu melihat ketika para malaikat mencabut jiwa
orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka (dan berkata):
‘Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar’, (tentulah kamu akan merasa
ngeri). Demikian itu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri. Sesungguhnya
Allah sekali-kali tidak menganiaya hamba-Nya.” (Al-Anfal: 50-51)
Sakaratul Maut Adalah Penghapus Dosa Seorang Mukmin
Dari Abu Sa’id Al-Khudri dan Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhuma, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا
وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حَزَنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ، حَتَّى الشَّوْكَةَ يُشَاكُهَا
إِلَّا كَفَّرَ اللهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ
“Tidaklah menimpa seorang muslim suatu rasa capek, sakit,
kesusahan, kesedihan, gangguan, duka cita, sampaipun sebuah duri yang
menusuknya, melainkan dengannya Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menghapus
dosa-dosanya.” (Muttafaqun ‘alaih)
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dia berkata:
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا ابْتَلَى اللهُ الْعَبْدَ الْمُسْلِمَ
بِبَلَاءٍ فِي جَسَدِهِ قَالَ اللهُ: اكْتُبْ لَهُ صَالِحَ عَمَلِهِ الَّذِي كَانَ
يَعْمَلُهُ. فِإِنْ شَافَاهُ غَسَلَهُ وَطَهَّرَهُ وَإِنْ قُبِضَ غَفَرَ لَهُ وَرَحِمَهُ
“Apabila Allah Subhanahu wa Ta’ala menguji seorang hamba
yang muslim dengan suatu ujian pada badannya, Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman: ‘Tulislah baginya amalan shalih yang biasa dia lakukan.’ Apabila
Allah menyembuhkannya maka Dia telah mencuci dan membersihkannya (dari
dosanya). Namun apabila Allah mencabut ruhnya, niscaya Allah akan mengampuni
dosa-dosanya dan akan merahmatinya.” (HR. Ahmad, dikatakan oleh Asy-Syaikh
Muqbil rahimahullahu: “Hadits ini shahih, perawinya adalah para perawi
kitab-kitab Shahih.”)
Godaan Setan Ketika Sakaratul Maut
Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan hikmah dan keadilan-Nya
menjadikan setan dari golongan jin dan manusia sebagai musuh bagi hamba-Nya.
Permusuhan itu tidak berhenti sampai ajal datang kepada hamba tersebut. Setan
pun terus berusaha menyesatkan sehingga seorang hamba akan mati dalam keadaan
kafir.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ
لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ. ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ
خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ
“Iblis menjawab: Karena Engkau telah menghukumku tersesat,
aku benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus,
kemudian aku akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan
dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka
bersyukur (taat)’.” (Al-A’raf: 16-17)
إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ
عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ
“Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah
ia musuh(mu), karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya
supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (Fathir: 6)
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا
شَيَاطِينَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ
غُرُورًا وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu
musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebagian
mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang
indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Rabbmu menghendaki niscaya mereka
tidak mengerjakannya. Maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.”
(Al-An’am: 112)
Hal inilah yang menjadikan kita sadar dan hati-hati dalam
mencari lingkungan serta teman bagi kita dan keluarga kita. Lebih-lebih tatkala
dalam keadaan sakit atau menghadapi kematian. Karena setan dari golongan jin
dan manusia terus bekerja sama dan saling membantu untuk menyesatkan hamba
sehingga dia menjadi penghuni neraka jahannam.
Namun sebaliknya, teman dan lingkungan yang baik akan
mengajak serta mendorongnya untuk berbuat kebaikan dan istiqamah di atasnya.
Oleh karena itu, perhatikanlah kisah berikut.
Dari Ibnul Musayyab rahimahullahu, dari bapaknya
radhiyallahu ‘anhu, bahwa ketika Abu Thalib menghadapi kematian, Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk menemuinya. Ketika itu Abu Jahal ada di
sampingnya. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Wahai paman, ucapkan
Laa ilaha illallah, sebuah kalimat yang aku akan jadikan sebagai hujjah untuk
membelamu di hadapan Allah.” Maka Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah
berkata: “Wahai Abu Thalib, apakah kamu membenci agama Abdul Muththalib?”
Terus-menerus Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membujuknya untuk
mengucapkannya. Namun mereka berdua (Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah)
juga mengulang-ulang ucapan mereka. Hingga Musayyab berkata: “Abu Thalib mati
di atas agama Abdul Muththalib.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu:
إِنَّ غُلَامًا مِنَ الْيَهُودِ كَانَ يَخْدُمُ
النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم فَمَرِضَ فَأَتَاهُ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم يَعُودُهُ
وَهُوَ بِالْمَوْتِ فَدَعَاهُ إِلَى الْإِسْلَامِ فَنَظَرَ الْغُلَامُ إِلَى أَبِيهِ
وَهُوَ عِنْدَ رَأْسِهِ فَقَالَ لَهُ أَبُوهُ: أَطِعْ أَبَا الْقَاسِمِ. فَأَسْلَمَ
ثُمَّ مَاتَ، فَخَرَجَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم مِنْ عِنْدِهِ وَهُوَ يَقُولُ:
الْحَمْدُ لِلهِ الَّذِي أَنْقَذَهُ بِي مِنْ النَّارِ
Seorang anak Yahudi yang membantu Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam sedang sakit. Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang
menjenguknya. Beliau duduk di samping kepalanya. Beliau menawarkan kepadanya
untuk masuk Islam. Beliau berkata: “Masuk Islamlah.” Anak itu lalu memandang
kepada bapaknya yang berada di sampingnya. Bapaknya lalu berkata: “Taatilah
Abul Qasim (Rasulullah).” Maka dia pun masuk Islam lalu meninggal dunia. Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu keluar sambil berkata: “Segala puji bagi
Allah yang telah menyelamatkannya dari api neraka dengan perantaraanku.”
(Muttafaqun ‘alaih)
Oleh karena itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِخَوَاتِمِهَا
“Hanyalah amalan-amalan itu tergantung dengan akhirnya.”
(HR. Al-Bukhari dari Sahl bin Sa’d As-Sa’idi radhiyallahu ‘anhu)
Tidak Ada yang Selamat Kecuali Orang yang Diselamatkan
Allah Subhanahu wa Ta’ala
Karena dahsyatnya berbagai ujian dan cobaan yang dihadapi
masing-masing hamba, maka tidak mungkin bisa selamat dan berhasil melaluinya
kecuali orang yang diselamatkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan rahmat
dan keutamaan dari-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَاصْبِرْ وَمَا صَبْرُكَ إِلَّا بِاللهِ
“Bersabarlah (wahai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu
melainkan dengan pertolongan Allah.” (An-Nahl: 127)
يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا
بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan
ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.” (Ibrahim: 27)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dia berkata: Aku
mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَنْ يُدْخِلَ أَحَدًا عَمَلُهُ الْجَنَّةَ.
قَالُوا: وَلَا أَنْتَ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: لَا، وَلَا أَنَا، إِلَا أَنْ يَتَغَمَّدَنِيَ
اللهُ بِفَضْلِهِ وَرَحْمَتِهِ
“Amalan seseorang tidak akan memasukkan dirinya ke dalam
jannah.” Mereka bertanya: “Tidak pula engkau, wahai Rasulullah?” Beliau
menjawab: “Tidak pula aku. Hanya saja Allah Subhanahu wa Ta’ala telah
meliputiku dengan rahmat dan keutamaan dari-Nya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Sebagai penutup, kita memohon kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala:
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ
إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
“Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong
kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah
kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha
Pemberi (karunia).” (Ali ‘Imran: 8)
وَيَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ، ثَبِّتْ قَلْبِي
عَلَى دِيْنِكِ
“Wahai Dzat Yang membolak-balikkan qalbu, tetapkanlah
hatiku di atas agama-Mu.” (HR. At-Tirmidzi, lihat Shahih Al-Jami’, Asy-Syaikh
Al-Albani rahimahullahu mengatakan: “Shahih.”)
Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.
Sumber : http://alfirqatunnajiyyah.blogspot.com/2010/05/proses-keluarnya-ruh-dari-jasad.html
Penulis: Al-Ustadz Abul Abbas Muhammad Ihsan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Sampaikan pesan Anda untuk menjadi lebih baik.