بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Pelafalan kalimat “Lâ ilâha illallâh”
dianjurkan untuk mereka yang segar bugar. Pelafalan ini sangat
dianjurkan terlebih lagi untuk mereka yang sedang menghitung detik-detik
terakhir kehidupannya di dunia. Untuk mereka yang lemah seperti sakrat,
orang lain bisa menuntunnya untuk pelafalan kalimat mulia ini. Praktik
ini disebut talqin.
Talqin lazimnya dipraktikkan oleh kalangan
pelaku tarekat. Tetapi praktik ini dilakukan umat Islam terhadap calon
jenazah yang sedang sakratulmaut dan jenazah yang baru saja dimakamkan.
Habib Abdullah bin Husein bin Thahir Ba‘alawi dalam kitab Is‘adur Rafiq wa Bughyatus Shadiq menyebutkan cara menalqin orang sakit yang tengah mengalami peralihan dari alam dunia ke alam barzakh.
وإذا
حضرته أمارات الموت ألقي ندبا على شقه الأيمن ووجهه للقبلة كما في اللحد
فالأيسر على قفاه ويجعل وجهه وأخمصاه للقبلة ويلقن "لا إله إلا الله" بأن
تذكر عنده بلا إلحاح بل يسن إذا قالها عدم إعادة ذكرها إلا إن تكلم بغيرها
لتكون آخر كلامه لما صح "من كانت آخر كلامه لا إله إلا الله دخل الجنة" أي
مع الفائزين.
Bila sudah datang tanda-tanda kematian, kita
dianjurkan untuk membaringkan orang sakratulmaut itu di atas sisi kanan
tubuhnya dan menghadapkan wajahnya ke arah kiblat seperti posisi jenazah
di kubur. Sementara tengkuk belakang pada sisi kirinya. Wajah dan
bagian tengah badannya dihadapkan ke arah kiblat.
Pada posisi itu kita dianjurkan untuk membimbingnya mengucap “Lâ ilâha illallâh” tanpa mendesaknya (dengan perlahan). Kita (cukup diam) tidak perlu mengulangi “Lâ ilâha illallâh” kalau ia sudah mengucapkannya. Lain soal kalau ia mengucapkan selain “Lâ ilâha illallâh”. Hal ini dimaksudkan agar “Lâ ilâha illallâh” menjadi ucapan terakhir yang keluar dari bibirnya sebagaimana hadits Rasulullah SAW “Siapa saja yang ucapan terakhirnya ‘Lâ ilâha illallâh’, masuk surga”. Maksudnya ia masuk surga bersama orang-orang yang beruntung di akhirat.
Namun
patut untuk diperhatikan bahwa orang lain yang menuntun calon jenazah
cukup seorang. Orang-orang di sekelilingnya juga diharapkan tidak
membaca apapun atau suara-suara gaduh lainnya. Pasalnya, orang yang
sedang sakratulmaut membutuhkan suasana tenang. Demikian anjuran Imam
An-Nawawi dalam karyanya Al-Adzkar.
Adapun perihal menalqin jenazah yang baru dikebumikan, Ibnu Rusyd dalam Bidayatul Mujtahid menerangkan sebagai berikut.
الباب
الأول فيما يستحب أن يفعل به عند الاحتضار وبعده. ويستحب أن يلقن الميت
عند الموت شهادة أن لا إله إلا الله لقوله عليه الصلاة والسلام "لقنوا
موتاكم شهادة أن لا إله إلا الله" وقوله "من كان آخر قوله لا إله إلا الله
دخل الجنة"
Bab Pertama memuat perihal praktik yang
dianjurkan saat menghadapi orang yang sedang sakratulmaut dan setelah
orang itu wafat. Kita dianjurkan menuntun calon jenazah mengucap kalimat
syahadat “Lâ ilâha illallâh” sesuai hadits Rasulullah SAW, “Bisikkan lah kalimat syahadat ‘Lâ ilâha illallâh’ kepada mayitmu,” dan hadits “Siapa saja yang ucapan terakhirnya ‘Lâ ilâha illallâh’, masuk surga.”
Kenapa
jenazah juga perlu ditalqin? Karena usai dikebumikan, jenazah
diharuskan menjawab pertanyaan malaikat yang ditugaskan untuk itu. Wallahu a‘lam.
Diambil dari : http://www.nu.or.id
"Pada HP android, jika tampilan posting terpotong/tidak sempurna, posisikan HP android Anda mendatar/horisantal dengan setting otomatis putar, maka posting akan terbaca dengan baik"
info-admin
info-admin
Menuntun syahadat orang yang sakaratul maut
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Sampaikan pesan Anda untuk menjadi lebih baik.