|
Foto masjid dari depan TPQ |
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Itulah banyak pertanyaan yang dilontarkan oleh jamaah dan penduduk sekitar Masjid Jami' Baitul Makmur. Mengapa tidak diperbaiki/direnovasi seadanya?
|
Masjid Jami' Baitul Makmur tampak depan |
|
Foto cungkup masjid dari dekat |
Pertama, hal yang utama menjadi perhatian dan pemikiran dari Takmir masjid adalah tingkat keamanan. Masjid Jami' Baitul Makmur yang dibangun pada tahun 1996 oleh developer perumahan sebagai sarana umum memiliki luas bangunan utama 9 m x 9 m. Saat ini kondisi cukup mengkhawatirkan, karena banyak pelapukan kayu yang terjadi, terutama pada bagian cungkup.
|
Pojok kayu cungkup yang termakan usia |
Kondisi ini jika dibiarkan akan membahayakan karena kayu tumpuan utama cungkup sudah lapuk. Ditambah lagi dengan kondisi bubungan (wuwung) yang terkena rembesan air hujan mempercepat pelapukan. Meskipun sudah diupayakan untuk mengurangi efek pelapukan dengan cara menyemen, akan tetapi tidaklah cukup.
|
Posisi loudspeaker pada cungkup masjid |
Cungkup Masjid Jami' Baitul Makmur berbentuk segi empat, terletak persis ditengah bangunan utama berukuran lebih kurang 2,5 m x 2,5 m, adalah pada titik Center Of Grafity (COG) atau titik pusat berat gravitasi dari beban atap sendiri.
|
Tiang penyangga utama cungkup lapuk |
Hal ini akan mengkhawatirkan jika tiba-tiba ambruk, bisa menyebabkan kerusakan yang bertambah parah bahkan membahayakan jika sedang digunakan (naudzubillah...).
|
Kayu bubungan cungkup yang lapuk |
Selain itu kayu eternit juga mulai lapuk, ditandai dengan beberapa titik eternit yang terlihat slip (anjlok) meskipun "tidak terlihat" banyak (karena melihatnya dari bawah).
|
Eternit dibawah cungkup masjid |
|
Plafon eternit tampak turun |
Jika hanya direnovasi, selain akan mengeluarkan dana yang tidak sedikit, tetapi tidak menjamin tingkat keamanan penggunaan masjid sebagai sarana ibadah, karena ada pertimbangan lagi dibawah ini.
|
Plafon tengah juga turun |
Kedua, kualitas pengecoran kolom yang kurang bagus, mempengaruhi kekuatan tiang penyangga dan kolom atas yang mengikatnya. Kolom tersebut (terutama yang mengikat tiang penyangga) masih dapat ditembus paku biasa (bukan paku cor) dengan cukup mudah. Hal ini menjadi pertimbangan juga berkaitan dengan tingkat keamanan jamaah.
|
Kayu blandar yang sudah melengkung |
Ketiga, adalah pertimbangan kapasitas Masjid yang sudah tidak memenuhi lagi. Pada saat awal dibangun, luas bangunan dan teras (14 m x 11,5 m) masih memenuhi jumlah jamaah.
|
Teras depan beratap seng yang bocor |
Akan tetapi mengikuti perkembangan penduduk, sekitar 4 tahun lalu Takmir masjid memperluas teras dengan beratapkan seng agar bisa menampung jumlah jamaah yang lebih banyak lagi, terutama pada hari jumat dan hari besar.
|
Foto dari atas teras depan tutup seng gelombang |
Sekarang hal inipun menjadikan pertimbangan, dikarenakan seng banyak yang sudah berkarat (meski sebelumnya sudah dicat) jika hujan banyak kebocoran yang terjadi, hal ini mempengaruhi kenyamanan para jamaah. Untuk itu Takmir beserta panitia pembangunan, merancang untuk memperluas bangunan utama menjadi 15 m x 15 m.
|
Foto dari atas teras seng samping kanan |
Keempat, kiblat sebagai panduan dalam kita mengerjakan sholat masih meleset kurang kekiri. Takmir berupaya menyesuaikan arah kiblat yang akhirnya tidak sesuai dengan arah bangunan utama masjid.Pada saat akan dilakukan pembangunan ini, Takmir masjid yang dikomando oleh Bp. Misto menggunakan peralatan GPS khusus melakukan pengukuran ulah arah kiblat, dimana masih juga kurang kekiri lagi. Selengkap baca
Rapat Panitia
|
Foto dari atas - pojok teras beratap seng |
Berbagai pertimbangan diatas itulah yang menyebabkan Takmir Masjid Baitul Makmur melakukan langkah renovasi total/pembangunan ulang, agar benar-benar para jamaah bisa merasa aman dan nyaman, yang pada akhirnya diharapkan lebih banyak lagi jamaah yang akan memakmurkan masjid. Amiiin....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Sampaikan pesan Anda untuk menjadi lebih baik.