Lahir
di Bangkalan, Madura pada 11 Jumadist Tsani 1235H. Wafat 29 Ramadhan
1343 H. Pendidikan Pesantren Langitan (Tuban), Pesantren Bangil
(Pasuruan), Pesantren Kebincandi, Pasuruan, Pesantren Banyuwangi, dan
Makkah Al Mukarramah.
Kehadiran Syaikhona Kholil Bangkalan telah mengharumkan bumi Madura
Memang, kehadirannya ke dunia cuma sebentar, hanya 105 tahun. Namun, seluruh umurnya penuh manfaat. Kehidupannya yang tak mengenal lelah itu, diabadikan untuk pengembangan pesantren. Kiranya sangat wajar kalau Syaikhona Kholil Bangkalan dikukuhkan sebagai Bapak Pesantren Indonesia.
Pribadi
Kiai Kholil sangat kharismatik. Berwibawanya nama Syaikhona Kholil,
jelas disebabkan dalam dirinya terkumpul berbagai ragam keutamaan dan
kesempurnaan, baik lahir maupun batin. Kesempurnaan keulamaannya sama
sempurnanya dengan kewaliannya.
Dalam
hierarki kewalian alam semesta, hampir semua wali Allah melihat
Syaikhona Kholil sebagai wali Abdal (wali Allah yang mencapai paripurna,
istiqomah dan rohani. Jumlah mereka di dunia ini ada tujuh. Para wali
Abdal memiliki keistimewaan luar biasa, red.), bahkan terdapat
waliyullah yang memandang sebagai Quthbul Gauts.
Banyak
karomah yang dimiliki Kiai Kholil juga menunjukkan tingginya akan
kewaliannya, dan banyaknya murid yang ternama menunjukkan tingginya
derajat keilmuannya. Semua murid Syaikhona Kholil merasa bangga pernah
berguru kepadanya. Berguru kepada beliau merupakan sesuatu yang
prestisius.
Hampir
ulama besar ternama di Madura dan jawa adalah murid Kiai Kholil. Selain
itu, muridnya rata-rata berumur panjang, banyak diatas 90 tahun. Hal
tersebut berkat doa Kiai Kholil yang mendo'akan semua muridnya agar
berumur panjang dan bermanfaat ilmunya.
Sebuah
hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad dan Turmudzi, bahwa Abu Bakrah
meriwayatkan, ada seorang bertanya kepada Rasulullah, ''Ya Rasulullah,
siapa orang yang paling baik?" "Orang yang panjang umur dan baik
amalnya,'' jawab Rasul. Laki-laki itu bertanya lagi, "Lantas siapakah
yang paling buruk?" Rasul menjawab,"Orang yang panjang umurnya, tapi
buruk amalnya."
Tampaknya
doa Syaikhona Kholil terkabul, Allah menjadikan semua muridnya seperti
yang sabdakan Rasulullah, dan muridnya tersebar di wilayah nusantara.
Diantara ratusan muridnya itu, yakni Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy'ari,
Pendiri dan Pengasuh Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang, yang juga
Pendiri Nahdlatul Ulama' (NU), KH. R As'ad Syamsul Arifin, Pengasuh
Ponpes Salafiyah Syafi'iyah, Sukorejo, Asembagus, Situbondo, KH Abdul
Wahab Hasbullah, Pengasuh Ponpes Tambak Beras, Jombang, Pelopor diskusi
cendekiawan Taswirul Afkar, dan mantan Rois A'am PBNU, KH Bisri
Syansuri, Pendiri dan Pengasuh Ponpes Mambaul Ma'arif, Denanyar,
Jombang, dan pendiri Syarikat Islam Cabang Makkah, serta mantan Rois
A'am PBNU, KH Bisri Mustofa, Rembang, KH Muhammad Siddiq, Jember, KH.
Maskur, Singosari, Malang, Panglima Sabilillah, yang juga mantan Menteri
Agama, KH Ridwan Abdullah, pencipta Lambang NU, yang juga kakek mantan
Bupati Malang, (alm) Ir. H. Ibnu Rubianto, dan Ir. H. Soekarno,
Proklamator Kemerdekaan RI, dan Presiden RI pertama.
Menurut
penuturan KH R As'ad Syamsul Arifin, Bung Karno diakui sebagai teman
Kiai As'ad. Meski Bung Karno tidak resmi sebagai murid Syaikhona Kholil,
namun ketika sowan ke Bangkalan, Syaikhona Kholil sempat memegang
kepala Bung Karno dan meniup ubun-ubunnya.
Menjelang
akhir hayatnya, Syaikhona Kholil sering pergi ke Jombang, tempat
pengajian Kiai Hasyim Asy'ari. Bahkan, kedatangan Kiai Kholil ke Tebu
Ireng hanya untuk mendengarkan pengajian Kiai Hasyim Asy'ari. Hal ini
suatu isyarat bahwa estafet perjuangan segera akan diserahkan kepada
Kiai Hasyim Asy'ari, muridnya.
Diambil dari : http://masjidjami.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Sampaikan pesan Anda untuk menjadi lebih baik.